Puasa merupakan salah satu cara untuk melatih
diri. Melatih kekuatan yang ada di dalam diri manusia. Potensi yang ada di
dalam diri manusia akan muncul, manakala sering dilatih. Misalnya otot yang
kuat bisa muncul kalau sering dilatih dengan berolah raga. Lengan yang kuat
bisa muncul jika sering dilatih dengan mengangkat beban. Olah Ragawan badannya
kekar, karena sering berolah raga.
Demikian juga puasa. Orang yang sering berpuasa
akan memiliki kekuatan batin lebih baik dibanding dengan orang yang tidak
pernah berpuasa. Tradisi masyarakat tertentu, misalnya orang Jawa biasa melakukan ”Tirakat” atau ”Tarak”.
Ibu-ibu yang sedang hamil tidak mau banyak minum air Es, dengan tujuan agar
bayinya tidak terlalu besar, sehingga lahirnya gampang. Orang yang takut Gemuk,
mengurangi makan nasi (karbohidrat), dll. Itu semua disebut ”Tarak”.
Di sisi lain tidak sedikit para ”Kiai” ataupun
”Orang Pintar” melakukan ”Tirakat”, dengan banyak berpuasa atau mengurangi
tidur atau tidak mau mengkonsumsi segala jenis makanan bernyawa (daging).
Bahkan kaum Sufi rela meninggalkan kehidupan glamour atau mewah. Mereka lebih
memilih hidup sederhana (secukupnya) atau sekedar mempertahankan hidup (tidak berlebih)
. Dan ternyata mereka mempunyai kekuatan ”Linuwih”, yaitu kekuatan yang lebih
dibanding masyarakat pada umumnya.
Ulat bulu yang akan menjadi kupu-kupu, terlebih
dulu harus berpuasa menjadi kepompong. Ia rela berdiam diri berhari-hari di
dalam rumah yang ia bikin sendiri dan ia tutup dari dalam dengan rapat-rapat.
Dan proses itu biasa disebut dengan kepompong. Setelah berhari-hari lamanya
tidak makandan tidak minum, bahkan tidak kawin, lalu ia keluar dari
rumahnya sudah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Ia bersayap dan
beterbangan ke sana kemari hinggap di
pucuk-pucuk daun serta bunga-bunga yang indah. Jauh berbeda dengan keadaan
semula yang sangat menjijikkan dan menakutkan. Ternyata ulat bulu bisa berubah
dengan baik, setelah menjalani puasa.
Tradisi Mendunia
Puasa pada dasarnya bukan hanya kebiasaan orang
Islam atau penduduk Indonesia saja. Sejak zaman Jahiliyah pun sudah dikenal
Puasa. Orang-orang Arab sebelum datang Islam juga sudah mengenal tradisi puasa.
Orang India juga sudah terbiasa puasa. Orang Hindu Jawa juga sudah mengenal
puasa. Hanya caranya berbeda-beda.
Lalu Islam datang membawa ajaran Puasa Ramadlan.
Melalui firman Allah swt. Q.S. Al-Baqarah : ayat 183-186, puasa diwajibkan
dengan hukum Fardlu ain ( kewajiban individual). Dalam hal ini ternyata
Allah swt. memperkuat tradisi masyarakat yang sudah lama hidup di tengah-tengah
kehidupan masyarakat. Dan itu tergambar pada penekanan ayat ”Kamaa kutiba ala
l’ laziena min qablikum” (Sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum
kamu sekalian”. Dan tradisi itu menjadi ketetapan baku dengan aturan dan
cara-cara yang khusus. Namanya shaum atau shiyam, yaitu meninggalkan kebutuhan
biologis (makan, minum, sex dan sejenisnya) selama berpuasa (di siang hari).
Ternyata Puasa Ramadlan yang diajarkan oleh Islam
itu memiliki banyak manfa’at selain memiliki nilai Ibadah mahdlah tentunya.
Misalnya saja , puasa yang dilakukan dengan cara yang benar, yaitu puasa yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan syari’at Islam bisa menjadikan seseorang lebih
baik dan lebih tangguh. Seperti menjadi lebih sabar, menjadi lebih peduli
kepada orang lain, lebih toleran, lebih suka pada ajaran agamanya, dll.
Puasa dan
Penguasa

Rasulullah bersabda ”Fa innahu lahu wijaa’un”. ”Puasa itu adalah perisai atau benteng”.
Artinya sebagai perisai bagi perlindungan diri orang yang berpuasa. Apa lagi
para remaja yang nafsu sexnya sedang tinggi-tingginya (darah muda), Nabi saw.
memerintahkan agar remaja itu banyak berpuasa untuk mengurangi nafsu libidonya
tersebut. Sekarang banyak muda-mudi yang tidak mampu mengendalikan nafsu sex
liarnya, sehingga sering terjadi kecelakaan (hamil di luar nikah yang sah).
Maka dengan banyaknya remaja muslim yang berpuasa di bulan Ramadlan ini
mudah-mudahan semakin berkurang kenakalan remajanya.
Juga fenomena semakin banyaknya koruptor,
mengindikasikan banyaknya orang yang tidak berpuasa dengan benar. Sebab kalau
puasanya benar, maka ia dijamin mampu mengendalikan nafsu dunianya (hubbu d’
dunya). Ia tidak ingin memperoleh harta dengan cara-cara yang tidak halal.
Karena orang yang berpuasa takut kepada Allah swt swt. walau dalam keadaan
sendiri atau sepi.
Namun demikian perlu diingat, bahwa puasa adalah
suatu proses. Yakni proses untuk menjadi ( to be ). Bahasa Al-Qur’annya ”
La’allakum tattaquun,” agar kamu sekalian bertaqwa.; menuju Iman dan amal
shaleh. Karena masih proses, hasilnya
belum pasti. Bisa jadi baik, bisa jadi tidak. Orang yang bisa mencapai derajat
taqwa hanya orang-orang yang puasanya benar. Yaitu puasa yang benar-benar
mengolah batin. Karena puasa itu ujian batin, ujian mental. Bukan sekedar ujian
lahir, tapi juga rohani.
Ibarat dua balon (mainan anak-anak kecil) yang
tergandeng , jika yang satu ditekan, maka yang lainya akan membesar. Demikian
juga puasa, semakin ditekan lahirnya
(tidak makan, minum dan jima’), maka akan semakin besar batinnya. Ruhaninya
semakin kuat. Dalam istilah lain, jika lahiriahnya semakin longgar, maka nafsul
muthma’innahnya (nafsu baik) semakin kurus. Tapi jika lahiriahnya ditekan, maka
nafsul mutma’innahnya akan membesar. Dan
tidak akan terjadi istilah STMJ (solat terus, maksiat jalan).
Wal-hasil orang yang berpuasa adalah benar-benar
Penguasa sejati. Penguasa yang mampu menguasai hawa nafsunya. Ia tidak serakah,
tidak mudah bohong, tidak curang, tidak sombong dan tidak mau melanggar aturan
yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Seandainya masyarakat
muslim dan khususnya para Penguasa Negeri ini puasa dengan benar semua, maka
tidak mustahil jika negeri ini akan menjadi negeri yang damai, negeri yang
bersih dari segala bentuk kejahatan, kecurangan ataupun korupsi. Karena para
Penguasanya banyak yang lulus puasanya. Semoga Puasa Ramadlan tahun ini menjadi
momentum penting buat perkembangan dan kemajuan negeri tercinta ini. Wallahu
a’lam.
Oleh : K. H. Drs. A. Mahfudz
Anwar, MA
(PD. MUI Kota Depok)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar