"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Rabu, 02 Desember 2015

PUASA DAN KEKUASAAN


Puasa merupakan salah satu cara untuk melatih diri. Melatih kekuatan yang ada di dalam diri manusia. Potensi yang ada di dalam diri manusia akan muncul, manakala sering dilatih. Misalnya otot yang kuat bisa muncul kalau sering dilatih dengan berolah raga. Lengan yang kuat bisa muncul jika sering dilatih dengan mengangkat beban. Olah Ragawan badannya kekar, karena sering berolah raga.
Demikian juga puasa. Orang yang sering berpuasa akan memiliki kekuatan batin lebih baik dibanding dengan orang yang tidak pernah berpuasa. Tradisi masyarakat tertentu, misalnya orang Jawa  biasa melakukan ”Tirakat” atau ”Tarak”. Ibu-ibu yang sedang hamil tidak mau banyak minum air Es, dengan tujuan agar bayinya tidak terlalu besar, sehingga lahirnya gampang. Orang yang takut Gemuk, mengurangi makan nasi (karbohidrat), dll. Itu semua disebut ”Tarak”.

Di sisi lain tidak sedikit para ”Kiai” ataupun ”Orang Pintar” melakukan ”Tirakat”, dengan banyak berpuasa atau mengurangi tidur atau tidak mau mengkonsumsi segala jenis makanan bernyawa (daging). Bahkan kaum Sufi rela meninggalkan kehidupan glamour atau mewah. Mereka lebih memilih hidup sederhana (secukupnya) atau sekedar mempertahankan hidup (tidak berlebih) . Dan ternyata mereka mempunyai kekuatan ”Linuwih”, yaitu kekuatan yang lebih dibanding masyarakat pada umumnya.
Ulat bulu yang akan menjadi kupu-kupu, terlebih dulu harus berpuasa menjadi kepompong. Ia rela berdiam diri berhari-hari di dalam rumah yang ia bikin sendiri dan ia tutup dari dalam dengan rapat-rapat. Dan proses itu biasa disebut dengan kepompong. Setelah berhari-hari lamanya tidak makandan tidak minum, bahkan tidak kawin, lalu ia keluar dari rumahnya sudah berubah menjadi kupu-kupu yang indah. Ia bersayap dan beterbangan ke sana kemari  hinggap di pucuk-pucuk daun serta bunga-bunga yang indah. Jauh berbeda dengan keadaan semula yang sangat menjijikkan dan menakutkan. Ternyata ulat bulu bisa berubah dengan baik, setelah menjalani puasa.
Tradisi Mendunia
Puasa pada dasarnya bukan hanya kebiasaan orang Islam atau penduduk Indonesia saja. Sejak zaman Jahiliyah pun sudah dikenal Puasa. Orang-orang Arab sebelum datang Islam juga sudah mengenal tradisi puasa. Orang India juga sudah terbiasa puasa. Orang Hindu Jawa juga sudah mengenal puasa. Hanya caranya berbeda-beda.
Lalu Islam datang membawa ajaran Puasa Ramadlan. Melalui firman Allah swt. Q.S. Al-Baqarah : ayat 183-186, puasa diwajibkan dengan hukum Fardlu ain ( kewajiban individual). Dalam hal ini ternyata Allah swt. memperkuat tradisi masyarakat yang sudah lama hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Dan itu tergambar pada penekanan ayat ”Kamaa kutiba ala l’ laziena min qablikum” (Sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu sekalian”. Dan tradisi itu menjadi ketetapan baku dengan aturan dan cara-cara yang khusus. Namanya shaum atau shiyam, yaitu meninggalkan kebutuhan biologis (makan, minum, sex dan sejenisnya) selama berpuasa (di siang hari).
Ternyata Puasa Ramadlan yang diajarkan oleh Islam itu memiliki banyak manfa’at selain memiliki nilai Ibadah mahdlah tentunya. Misalnya saja , puasa yang dilakukan dengan cara yang benar, yaitu puasa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan syari’at Islam bisa menjadikan seseorang lebih baik dan lebih tangguh. Seperti menjadi lebih sabar, menjadi lebih peduli kepada orang lain, lebih toleran, lebih suka pada ajaran agamanya, dll.


Puasa dan Penguasa
Benarkah orang yang sedang berpuasa itu pada dasarnya ia tengah menjadi Penguasa.? Ya, benar. Penguasa atas hawa nafsunya. Karena ia mampu menguasai nafsu lisan –misalnya- yang biasanya bicara apa saja, tapi karena puasa, ia hanya bicara seperlunya, bicara yang bernilai positif positif saja. Dan mampu menguasa nafsu mendengar. Biasanya sebelum puasa sering berkeinginan mendengar ”gosip”. Tapi karena puasa, maka ia tinggalkan keinginan mendengar yang buruk-buruk. Ia lebih suka mendengar bacaan Al-Qur’an atau mendengar senandung solawat Nabi saw. atau mendengar tausiyah atau siraman Rohani.
Rasulullah bersabda ”Fa innahu lahu wijaa’un”.  ”Puasa itu adalah perisai atau benteng”. Artinya sebagai perisai bagi perlindungan diri orang yang berpuasa. Apa lagi para remaja yang nafsu sexnya sedang tinggi-tingginya (darah muda), Nabi saw. memerintahkan agar remaja itu banyak berpuasa untuk mengurangi nafsu libidonya tersebut. Sekarang banyak muda-mudi yang tidak mampu mengendalikan nafsu sex liarnya, sehingga sering terjadi kecelakaan (hamil di luar nikah yang sah). Maka dengan banyaknya remaja muslim yang berpuasa di bulan Ramadlan ini mudah-mudahan semakin berkurang kenakalan remajanya.
Juga fenomena semakin banyaknya koruptor, mengindikasikan banyaknya orang yang tidak berpuasa dengan benar. Sebab kalau puasanya benar, maka ia dijamin mampu mengendalikan nafsu dunianya (hubbu d’ dunya). Ia tidak ingin memperoleh harta dengan cara-cara yang tidak halal. Karena orang yang berpuasa takut kepada Allah swt swt. walau dalam keadaan sendiri atau sepi.
Namun demikian perlu diingat, bahwa puasa adalah suatu proses. Yakni proses untuk menjadi ( to be ). Bahasa Al-Qur’annya ” La’allakum tattaquun,” agar kamu sekalian bertaqwa.; menuju Iman dan amal shaleh.  Karena masih proses, hasilnya belum pasti. Bisa jadi baik, bisa jadi tidak. Orang yang bisa mencapai derajat taqwa hanya orang-orang yang puasanya benar. Yaitu puasa yang benar-benar mengolah batin. Karena puasa itu ujian batin, ujian mental. Bukan sekedar ujian lahir, tapi juga rohani.
Ibarat dua balon (mainan anak-anak kecil) yang tergandeng , jika yang satu ditekan, maka yang lainya akan membesar. Demikian juga puasa, semakin ditekan  lahirnya (tidak makan, minum dan jima’), maka akan semakin besar batinnya. Ruhaninya semakin kuat. Dalam istilah lain, jika lahiriahnya semakin longgar, maka nafsul muthma’innahnya (nafsu baik) semakin kurus. Tapi jika lahiriahnya ditekan, maka nafsul mutma’innahnya akan membesar.  Dan tidak akan terjadi istilah STMJ (solat terus, maksiat jalan).
Wal-hasil orang yang berpuasa adalah benar-benar Penguasa sejati. Penguasa yang mampu menguasai hawa nafsunya. Ia tidak serakah, tidak mudah bohong, tidak curang, tidak sombong dan tidak mau melanggar aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt dan Rasul-Nya. Seandainya masyarakat muslim dan khususnya para Penguasa Negeri ini puasa dengan benar semua, maka tidak mustahil jika negeri ini akan menjadi negeri yang damai, negeri yang bersih dari segala bentuk kejahatan, kecurangan ataupun korupsi. Karena para Penguasanya banyak yang lulus puasanya. Semoga Puasa Ramadlan tahun ini menjadi momentum penting buat perkembangan dan kemajuan negeri tercinta ini. Wallahu a’lam.

 

Oleh : K. H. Drs. A. Mahfudz Anwar, MA

(PD. MUI Kota Depok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar