"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Rabu, 02 Desember 2015

TAKJIL AJANG SILATURRAHMI

Hampir dapat dipastikan sekarang ini di setiap masjid-masjid besar selalu menyediakan takjil. Yakni makanan ringan sebagai pembuka puasa. Bahkan di masjid istiqlal disediakan makanan (kurma dan nasi box) berbuka dengan jumlah ribuan. Banyak orang-orang Islam yang berdatangan ke masjid Istiqlal menjelang maghrib. Ada yang datang untuk berburu takjil lanjut shalat jama’ah maghrib. Dan ada juga yang berburu takjil, lalu pulang lagi tanpa shalat jama’ah. Wal-hasil mereka berburu takjil di masjid-masjid besar tersebut.
Fenomena semacam ini tidak hanya terjadi di Negara Indonesia saja, tapi di hampir seluruh penjuru dunia. Di Masjidil Haram Mekah, di Masjid Nabawi Madinah al-Muawwarah, bahkan di Eropa dan Amerika sekalipun. Banyak aghniya’ (orang-orang kaya) yang dengan suka rela menyediakan takjil pada setiap bulan Ramadlan. Bahkan ada yang memang memprogramkan kegiatan ini setiap tahun dan menjadi kegiatan tahunan yang terprogram sebagaimana kegiatan resmi lainnya.

Lalu apa arti takjil yang sebenarnya ? Takjil terambil dari bahasa Arab (yang sudah meng-Indonesia) “ajala” segera, ajjala-a’jala = mensegarakan. Yang dapat diartikan “ meneyegerakan makan/minum”. Jadi takjil sebenarnya adalah makan dan minum segera setelah masuk waktu maghrib. Biasanya ditandai dengan bunyi bedug maghrib atau suara azan maghrib. Begitu usai azan, langsung makan dan minum sebagai tanda berakhirnya puasa sehari penuh.
Rasulullah saw bersabda : “laa yazaalun naasu bi khairin maa ‘ajjaluul fithra.”  Manusia selalu dalam kebaikan selagi ia menyegerakan berbuka. (H.R.Bukhari-Muslim). Dalam riwayat Imam at-Tirmizi disebutkan : Qalallahu azza wa jalla : ahabbu ‘ibaadie ilayya a’jaluhum fitran. Allah azza wa jalla berfirman (Hadits Qudsi) : Hambaku yang paling aku suka adalah yang paling segera berbukanya”.
Merujuk Hadits tersebut, bahwa menyegerakan buka puasa adalah sunnah Rasulillah. Siapa yang menghidup-hidupkan sunnah Nabawiyah berarti ia orang mukmin yang sempurna. Oleh karena itu tradisi takjil di masjid adalah tradisi yang sangat baik bagi perkembangan Islam. Karena dalam kesempatan makan minum bareng di masjid tersebut dapat memupuk tali persaudaraan sesama muslim. Si kaya ada kegembiraan karena bisa membantu si miskin, dan si miskin gembira karena dapat makan-minum gratis, walau hanya selama bulan Ramadlan.
Namun demikian sekarang ini ada fenomena yang menggejala di kalangan para pejabat yang mengundang koleganya untuk berbuka puasa di rumahnya dengan berbagai ragam menu makanan yang mewah-mewah. Dan yang diundang hanya terbatas di kalangan para kaya. Sementara si miskin tak tampak dalam deretan undangan tersebut. Hal ini mengindikasikan kurangnya rasa simpatik kepada orang-orang yang hidup serba  kekurangan.
Bukankah kalau makanan yang mewah itu dikirim ke masjid akan bisa dinikmati oleh semua kalangan ? Baik dari kalangan bawah maupun kalangan atas. Apa lagi kalau yang mengirim makanan ke masjid tersebut juga ikut serta makan bersama umat Islam yang ada di masjid tersebut. Dan seandainya itu dilakukan pejabat, maka rakyat akan merasakan kebersamaannya dengan Pemimpin yang dirindukan.
Dan dengan takjil inilah sebenarnya bisa dijadikan sarana mendekatkan diri antara sesama umat Islam. Untuk memupuk rasa persaudaraan yang menimbulkan kasih sayang di antara sesama. Dan akhirnya akan membuahkan kekuatan yang dahsyat dalam memperjuangkan nilai-nilai ke-Islaman di tengah-tengah masyarakat modern  ini. Semoga Ramadlan ini dapat mempersatukan umat Islam dalam naungan Ilahiyah. Amien.

K. H. Drs. A. Mahfudz Anwar, MA
(Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Depok)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar