"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Jumat, 24 Mei 2013

Hati

     


Seorang anak yang akan pergi berpamitan kepada kedua orang tuanya, maka dikatakan “Hati-hati, di jalan”. Seorang karyawan junior yang akan melakasanakan tugas baru di sebuah cabang perusahaan, dikatakan oleh seniornya : “Hati-hati di tempat barumu”. Seorang suami yang akan berangkat tugas jauh, dikatakan oleh istrinya :”Hati-hati ya Mas..”. Semua orang mengatakan hati-hati. Tidak mengatakan pikir-pikir –misalnya- atau mengatakan “kaki-kaki ya”, karena berjalan pakai kaki. Padahal setiap melangkah harus menggunakan akal pikirannya. Dan kalau berjalan kakinya yang harus waspada, agar tidak tersandung. Dan seterusnya. Mengapa Hati yang disebut-sebut? Karena hati adalah pusat segala kehidupan.
        Manusia bisa selamat juga karena hati. Orang bisa tersesat juga karena hati. Orang bisa sukses memimpin dunia juga karena hati. Ibu berhasil mendidik anaknya juga karena dengan hati. Seorang pemuda berhasil memikat seorang Gadis, juga karena hati. Wal-hasil semua bisa diraih, dengan hati. Maka itulah mengapa Rasulullah saw. bisa berhasil dalam berdakwah? Karena beliau mendidik manusia dengan hati. Sebaliknya, jika seorang Penguasa ingin menundukkan hati rakyatnya dengan kekerasan (diktator), maka hasilnya akan menimpa balik pada dirinya sendiri. Jika seorang Ibu atau Bapak mendidik anak-anaknya dengan kekerasan, maka akan lahir anak-anak yang beringas. Jika seorang Guru mendidik anak muridnya dengan kekerasan, maka akan lahir murid-murid yang galak dan pemalak. Bila seorang suster merawat pasiennya dengan galak, maka bukannya sembuh, tapi semakin kambuh. 

 
      Siapa pun yang tidak menggunakan hati nurani dalam bertindak, maka hasilnya akan mengecewakan semua pihak termasuk pada dirinya sendiri. Rasulullah saw. juga mengajarkan, bahwa “Di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah sekujur badannya. Jika rusak segumpal daging itu, maka rusaklah sekujur badannya. Ketahuilah, itu adalah Hati!” Ternyata benar, seperti yang kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau ada orang yang hatinya gelisah, maka wajahnya tampak cemberut. Jika hatinya sedang berbunga-bunga, maka wajahnya pun berseri-seri. Bila seorang gadis sedang falling in love, maka wajahnya terlihat semakin cantik dan berbinar. Seorang pejabat yang hatinya senang, karena baru dapat uang ceperan, maka hatinya senang dan wajahnya pun berbeda. Menyapa anak buahnya dengan penuh senyum. Demikian juga Allah swt. memberi tahu dengan Kalam Suci-Nya, bahwa orang-orang yang dapat diterima di sisi-Nya kelak di akhirat; hanyalah orang-orang yang hatinya selamat. “Illaa man ata llaaha bi qalbin saliem”. Sungguh menyenangkan Titah Allah swt. jika kita resapi. 
         Apapun yang kita lakukan harus mempertimbangkan hati. Jangan sampai hati kita terkotori oleh sifat dan sikap yang tidak baik. Sebab sifat dan sikap yang buruk akan mengotori hati kita. Seperti halnya terjadi pada lampu semprong. Jika semprongnya terkena angus, menghitam; maka nyala apinya tidak bisa menerangi sekitarnya. Semakin tebal angusnya, semakin gelap di sekitarnya. Maka hati yang kotor menjadikan situasi gelap dan tidak kondusif. Bekerja menjadi uring-uraingan ataupun marahan. Dan tidak produktif. Lingkungan kerja yang baik adalah yang tidak saling memfitnah atau saling gosip. Tapi sebaliknya, lingkungan yang baik adalah lingkungan yang saling mencintai. Saling mewasiati dan saling menghargai. Kelembutan hati Nabi saw. bisa merontokkan hati orang kafir yang tadinya beringas dan memusuhi, bisa berbaik menyayangi dan menghormati. Contohnya adalah Umar bin Khattab yang semula bersikap kasar kepada Nabi saw. dan umat Islam, tapi akhirnya berbalik menyayangi Nabi saw. Bahkan semua kekuatannya dipersembahkan buat keberhasilan perjuangan Nabi saw dan ummat Islam. Demikian juga para sahabat-sahabatnya yang lain. Semua menyayangi dan memuliakan Nabi saw. sehingga semua bergerak maju. Dan dalam waktu yang tidak terlalu lama, masyarakat jahiliyah yang sadis, berubah menjadi masyarakat yang marhamah. Saling menyayangi di antara mereka. Dengan kelembutan hati, manusia bisa bergerak maju. Meraih apa saja yang ia inginkan dan cita-citakan. Bukankah fakta telah membuktikan?. Orang yang berpenyakit hati, wajahnya akan tumbuh kerut dan flek-flek hitam?. Lebih cepat tua dibanding umurnya yang sesungguhnya. 
       Dan sebuah penelitian di Amerika menyatakan, bahwa orang yang bekerja di wilayah publik usianya sedikit lebih panjang dibanding orang yang bekerja di balik kaca. Karena publik menghendaki senyuman, dan petugas pun berlatih membiasakan tersenyum, Dan senyum manis hanya akan muncul dari hati yang baik dan jernih. Maka belajarlah tersenyum, maka dunia ada di genggaman anda. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar