"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Jumat, 21 Mei 2010

Tawakal itu Indah



           Tidak semua orang bisa merasakan keindahan bertawakal. Sebab hidup ini memang terkurung oleh berbagai kemewahan dunia. Dan terpasung oleh keinginan nafsu serakah. Hidup banyak tergantung pada dunia ibarat bayi netek Ibunya. Tak mau dilepas sebelum kenyang, dan menagis menjerit-jerit jika haus sebelum disusui oleh Sang Ibunya.
          Begitulah kehidupan manusia pada umumnya. Tapi jika kita mau sedikit membongkar-bongkar jati diri kita, maka kita akan temukan rahasia tawakal yang penuh dengan keindahan. Setiap hari orang yang bertawakal akan selalu memuji-muji Tuhannya. Mengucap sukur Al-Hamdulilah, yang berarti segala puji bagi Allah. Mengapa demikian ? Sebab orang yang beriman akan selalu merasakan getaran dan keindahan wujud Ilahi.



        Tawakal itu tidak pernah merasa hidup sendiri. Tak pernah merasa kesepian, sekalipun tak ada orang di sampingnya. Sebab ia merasa ditemani dan didampingi oleh Allah sebagai Tuhan Yang Maha Mengaturnya. Ia senantiasa merasa bahwa Tuhannya itu berada di dekatnya . Firman Allah : ”Sungguh aku dekat” (Q.S.Al-Baqarah : 185). Bahkan Rasululah saw. memberitahu kepada kita ”Tuhan itu lebih dekat daripada urat nadi leher kita”.

Serba Indah

Berserah diri kepada Kekuatan gaib Tuhan akan mendatangkan keindahan dalam segala aspek kehidupan. Dalam kehidupan metafisika tak ada yang jelek atau buruk. Semuanya serba indah. Bayangkan kekuatan Tuhan yang maha Mengatur ini. Planet-planet yang begitu banyak menebarkan keindahan yang luar biasa. Tatasurya yang melingkupi alam ini mendatangkan keindahan dalam pandangan setiap manusia nurmal. Sinar mentari pagi yang baru muncul di ufuk timur mendatangkan keindahan. Bintang gemerlapan di ujung langit yang gelap-pun mendatangkan keindahan. Apa lagi sinar bulan purnama yang menyinari bumi ini tak luput dari keindahan.
          Perilaku manusia yang setiap hari kita lihat bisa menghadirkan keindahan dalam setiap geraknya. Orang berlarian di pagi hari menuju pasar mereka berdagang dengan senangnya. Manusia berjubel di kereta api rongsokan menuju tempat kerjanya di jakarta juga menyenangkan pandangan. Sebab sekalipun berdesakan, mereka juga masih bisa tertawa, Bahkan tidak sedikit terbahak-bahak di dalam jejalan penumpang kereta jelek itu. Bukankah itu keindahan tersendiri.

         Ketika melihat wanita-wanita cantik yang berseliweran di mal-mal dan supermarket juga mendatangkan keindahan. Betapa tidak, mereka bekerja dengan giatnya tanpa keringat yang menghapus kecantikannya. Enjoy dalam setiap langkahnya. Petani mentimun suri di pinggiran kota masih banyak yang asyik bekerja di kebun mereka tak mengenal lelah. Siang dan malam asyik dengan mentimunnya yang mulai menguning.

         Lalu apa lagi yang akan dipusingkan ? Toh semua yang ada di depan kita menyenangkan semua. Mengapa kita harus marah, kalau memang keadaan yang membuat kita bahagia. Hanya orang yang kurang waras saja yang masih mau marah ketika melihat nikmat Tuhan yang sedemikian banyak dan melimpahnya. Kepasrahan kita kepada-Nya teruji dengan gangguan sedikit yang datang di depan mata kita. Misalnya ada orang menabrak kita tanpa disengaja, lalu kita marah. Lalu, mengapa kita harus marah ? Bukankah orang tersebut justru lucu , di hadapan kita ? Yang patut kita jadi tersenyum atau tertawa.

          Artinya bahwa Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu melihat indahnya sesuatu yang ada di sekeliling kita semua. Sebab hanya Alah yang mensekenariokan semua perbuatan manusia itu. Kalau kita tidak setuju dengan sekenario Allah, berarti kita tidak ridla dengan keputusan-Nya. Padahal hanya Allah jualah yang paling berhak mengambil keputusan atas diri kita ini.
            Jadi tertawalah pada diri kita, jika diri kita ternyata masih berbuat salah. Sudah belajar bertahun-tahun masih salah saja. ”Kuda saja (binatang) tidak mau mengulangi jatuh pada lubang yang sama”. Masak kita sebagai mahluk yang berakal, masih mau mengulangi kesalahan yang sama ? Begitu juga jika kita melihat kesalahan orang lain, jadikan pelajaran buat kita, agar kita tidak salah seperti mereka.

           Semua itu kita kembalikan kepada Allah. Karena hanya Allah-jualah yang menjalankan kehidupan manusia ini. Hidup dan mati kita tergantung titah-Nya. Nasib baik dan buruk hanya bergantung fasilitas yang kita usahakan di hadapan Allah. Apakah kita sudah berusaha semaksimal mungkin atau hanya pura-pura usaha atau kerja ? Tuhan pasti mengetahui, siapa di antara kita yang jujur dalam kerja dan siapa yang hanya main-main belaka. Balasan orang yang ujur adalah kebaikan yang hakiki. Dan balasan orang yang berpura-pura, balasannya pun hanya main-mainsaja. Artinya imposible seseorang memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya, jika hanya hidup
pura-pura. Baik dalam niat, maupun dalam kerja. Allah hanya akan membalas kepada kesungguhan setiap usaha kita. Maka Allah swt. berfirman : ”Fattaqullaha mas tatha’tum : Maka bertaqwalah kamu sekalian semampu kalian.” Hanya usaha yang maksimal, yang berbalas banyak. Wallahu a’lam bis shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar