"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Sabtu, 02 April 2011

Berburu Semut

Seperti kebiasaan anak kampung pada umumnya. Hidup bersama alam adalah hal biasa. Akrab dengan lingkungannya pun tak usah diajarkan. Semuanya berjalan alami. Demikian juga Selfina, Si gadis kecil berambut lurus sebahu. Sehari-harinya bermain-main dengan benda yang ada di sekitarnya. Tidak pernah terpikir untuk membeli alat-alat permainan pabrikan, seperti puzzle, boneka Barbi atau lainnya. Tapi ia cukup puas dengan kayu, kadang batu, kadang pecahan genting, bahkan tanah liat pun bisa jadi boneka.



Suatu ketika ia mengalami kebosanan dengan permainan yang ada. Kemudian ingin bermain dengan semut. Tegasnya ingin berburu semut untuk diadu., layaknya teman-teman seusianya. “Alangkah asyiknya,” pikirnya dalam hati. “Bila saja aku bermain semut.”lanjutnya.

Pada hari Sabtu pagi adalah hari yang penuh keceriaan buat Selfina dan kawan-kawannya. Sebab hari itu adalah hari libur buat anak sekolah, tapi tidak buat orang tuanya. Sebab Ibu dan bapaknya selalu ke sawah untuk merawat tanaman padinya.  Maka adalah kesempatan emas buat Selfina untuk berburu semut sebanyak-banyaknya. Dan benar saja, tak lama kemudian teman-temannya berdatangan mengajak berburu semut. Lalu ia bersama teman-temannya pergi ke belakang rumah, dekat kandang sapi milik bapaknya, untuk mencari semut-semut hitam yang akan dijadikan permainan.

Tibalah ia di suatu sudut tanah kering berpasir. Di mana terdapat banyak semut. Terutama semut berwarna hitam yang sedang tampak berbaris rapi, meliuk-liuk menuruti alur tanah menuju suatu tempat. Maka ia pun mengikuti jalannya semut itu sambil berjalan jongkok, seraya diikuti teman-temannya.  Matanya tidak sekejap pun melewatkan iring-iringan semut itu sampai di ujung jalannya.
Ternyata di ujung sana sudah berkerumun berpuluh-puluh , bahkan ratusan semut yang sedang mengepung sebuah tulang ceker ayam. “Haa,,ini rejeki nomplok” kata seekor semut tatkala sampai di depan tulang. Langsung ia gigit sambil ditarik-tarik mundur. Kemudian datang yang lain sambil teriak, “Haa..ini makanan lezat,” teriaknya, sambil menariknya ke arah berlawanan. Dan datang lagi semut dari arah samping, dan berkata “Hore,,ini punyaku, akan kulahap sampai habis nanti.” sambil menggigit-nggigit dan ditariknya pula.

Akhirnya tulang itu berputar-putar di tempat. Tidak bergerak ke utara atau ke selatan. Dan tidak bisa ke manapun.  Sudah berpuluh-puluh menit, hanya berjalan di tempat. Tak ada satu semut pun yang mampu membawa pulang tulang tersebut. Pada hal mereka semua bekerja keras untuk menariknya sekuat tenaga.
Tak lama kemudian datanglah seekor semut yang agak besar dan berkepala agak panjang. Sepertinya ia adalah pemimpin semut-semut itu. Ia katakan pada semut-semut yang lebih kecil: “Hee..mengapa kalian berebut tulang ?” Kenapa kalian tidak bekerja sama saja.?” teriaknya. “Coba semuanya dengarkan, kalian yang ada di belakang, di samping, di depan semua bergerak ke arah yang sama. Yaitu ke depan.” “Sekali lagi, ke depan.!” Teriaknya sambil mengayun-ayunkan belalainya sebagai tanda instruksi.
Dalam waktu yang singkat tulang itu sudah bergerak ke arah depan. Walaupun sesekali bergerak berputar. Mungkin ada yang ingin tukar posisi, yang di depan ke belakang, yang di belakang ingin ke depan. Tapi semuanya bergerak bersamaan menggotong tulang berjalan ke depan.

Selfina terus mengikutinya sampai tulang itu datang di depan rumahnya. Dan yang membuat Selfina kaget dan terkagum-kagum adalah, begitu banyak semut yang berhamburan keluar dari sarangnya menyambut kedatangan tulang yang dibawa oleh teman-temannya. Semua berebut menggantikan posisi temannya untuk membawanya ke dalam sarang. Dan dalam waktu sekejab tulang itu tak tampak lagi, dibawa masuk ke dalam sarang. Suasana pun sepi, dan sunyi. Tak ada lagi seekor semut pun yang berkeliaran di atas tanah.
Akhrinya Selfina dan teman-temannya mengurungkan niatnya untuk berburu semut. Tidak lagi ingin bermain-main semut. Tapi sebaliknya, ingin banyak belajar dari kehidupan semut yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Dia pun membayangkan : ”Seandainya manusia ini semua mau bekerja sama, maka dunia ini akan damai dan membahagiakan.” Dan suasana kembali sunyi. Hanya sesekali kicauan burung jalak yang hinggap di ujung pohon bambu.

***

Catatan : - Kerja sama direkat oleh prinsip saling menghargai.
  - Di mana ada kasih sayang, maka di sana ada kerja sama.
  - Berbagi keuntungan yang adil adalah salah satu dasar bekerja sama.
  -  Kerja sama terjadi saat orang bekerja bersama untuk satu tujuan bersama.


·         Sekarang, pikirkan sa’at anda menginginkan kerja sama.
·         Misalnya jika anda ingin makan siang yang lezat, berapa orang yang anda butuhkan bekerja sama membantu anda.
·         Di sa’at anda sakit perut dan ingin berobat ke dokter, berapa orang yang anda butuhkan untuk bekerja sama membantu anda.
·         Di sa’at anda ingin naik kelas atau ingin lulus dengan nilai baik, berapa orang yang anda butuhkan untuk bekerja sama membantu anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar