"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Kamis, 01 Oktober 2009

Tawakal Cinta



“Sesungguhnya Allah itu mencintai orang-orang yang bertawakal.”( Q.S. Ali Imran : 159). Maka logikanya orang yang bertawakal akan memperoleh cintanya Allah. Dan kalau sudah dicintai oleh Allah, maka apa pun yang diinginkannya, pasti akan terkabul. Sebab mencintai, berarti memberi. Allah Yang Mencintai seseorang, tentu akan memberi apa saja yang menurut Allah baik bagi orang Yang Dicintainya. Dalam kehidupan sehari-hari banyak orang yang mengira bahwa Allah itu tidak adil. Padahal setiap hari Allah mengedar rizki dan berbagai macam anugrah buat semua orang yang ada di muka bumi ini. Apalagi bagi orang yang berserah diri kepada Kekuatan Allah. Mereka akan merasakan kecukupan dalam setiap kebutuhan hidupnya. Sebab Allah sudah menakar pemberian-Nya kepada hamba-Nya sesuai dengan kebutuhan.
Coba perhatikan perilaku manusia yang baik terhadap anaknya. Dengan rasa cintanya, seorang tua akan memberi segala sesuatu yang dibutuhkan oleh anak-anak nya. Dan pemberian itu disesuaikan dengan kebutuhan anaknya. Anak yang masih kecil dibelikan susu botol. Anak remajanya diberi uang untuk beli jajanan bakso, anak yang hampir menikah dibelikan baju pengantin dan begitu seterusnya. Jadi ukuran pemberian orang tua kepada anak disesuaikan dengan kebutuhan anak. Tidak disesuaikan dengan kebutuhan orang tua. Begitulah logika sederhana perhatian Tuhan terhadap manusia sebagai hamba-Nya yang dicinta. Tak ada alasan bagi –Nya untuk tidak memberi kebutuhan hamba-Nya yang bergantung kepada-Nya. Allah semakin senang, jika hamba-Nya semakin mendekati-Nya. Semakin cengeng kepada Tuhan, maka Ia akan merasa Iba dan kasihan kepadanya. Sehingga Allah tak segan-segan memberi apa saja yang mereka minta kepada-Nya. Hanya Kepada Allah.
Orang yang tidak berserah diri kepada Allah adalah orang yang masih dihinggapi sifat sombong. Sebab ia merasa bisa melakukan segala sesuatu tanpa bantuan Allah. Padahal semua pekerjaan kita tak ada satupun yang lepas dari bantuan Allah. Misal orang berdagang ada yang laku laris, ada yang laku sedang-sedang saja dan ada pula yang tidak laku sama sekali. Mengapa demikian ? Sebab usaha manusia hanya merupakan sebab atau wasilah dari suatu keberhasilan. Hanya perantara saja. Sedangkan hasil atau tidaknya tergantung pada keputusan Allah swt.
Orang yang bergantung kepada keputusan Allah adalah sebagai tanda rasa cintanya kepada Tuhannya. Dan inilah yang menjadi tuntutan setiap manusia yang bertuhan. Kenapa manusia harus bergantung kepada Kekuatan Tuhan, sebab selain Tuhan tidak ada yang mempunyai kekuatan seperti kekuatan Tuhan Yang luar biasa dahsyatnya. Demikian juga makhluk selain Tuhan, mereka juga butuh hidup seperti kita juga. Mereka butuh hidup, butuh pertolongan dan butuh gantungan. Maka aneh jika ada manusia yang dalam hidupnya tidak mau bergantung kepada Tuhan. Bukankah Tuhan Allah Yang Maha Mulia dan Perkasa ?
Mencari backing kepada makhluk tak ubahnya mencari perlindungan di balik rumah laba-laba (ankabut). Tertiup angin sedikit saja bisa rusak. Apa lagi percaya bahwa kekuatan manusia mampu menghasilkan kekuatan energi yang mampu mendorong manusia untuk berhasil. Sama sekali tidak demikian. Sebab keberhasilan manusia hanya tergantung pada Allah semata. Maka rizki yang kita cari bukan dari orang lain. Tapi dari Allah swt. yang kita mohon agar menggetarkan orang lain buat pemenuhan kebutuhan kita. Itulah fungsi do’a di hadapan Allah swt. Maka dalam ibadah puasa sebenarnya adalah membersihkan akidah tauhid setiap manusia yang beriman. Puasa bukannya menjadikan gila kerja, tapi puasa mengantarkan manusia menyeimbangkan kerja. Seimbang antara kebutuhan manusia dan iradah Allah. Seimbang antara kebutuhan duniawi dan kebutuhan ukhrawi. Ibarat kata : siang jadi tentara, malam jadi malaikat.
Bukan Cinta Buta
Mencintai Allah bukan berarti membabi buta. Siang dan malam hanya untuk shalat saja - misalnya. Tapi cinta kepada Allah adalah jika kita mampu memberikan cinta yang sesuai dengan porsinya. Itulah sebabnya Nabi saw. mengajarkan : ”bahwa Allah punya hak yang harus kita tunaikan, kita juga punya hak yang harus kita berikan, istri kita juga punya hak yang wajib kita berikan. Dan begitu juga semua manusia yang ada di sekitar kita memiliki hak yang harus kita berikan kepadanya”.
Maka orang muslim yang berakhlak mulia adalah orang yang mampu memberikan hak kepada setiap yang memiliki haknya. Tidak berani ngembat milik orang lain. Apalagi ngembat milik Tuhan. Penyembahan kepada Tuhan adalah hak Allah yang harus kita tunaikan. Jika kita tidak berpuasa Ramadlan-misalnya itu artinya sama saja dengan ngembat milik Tuhan. Jika kita berani mengatakan kita mencintai-Nya, maka kita harus berani berkurban untuk-Nya. Berpuasa dengan lapar dan haus adalah sebagian dari pengurbanan kita. Dan tiada pengurbanan tanpa ada imbalan. Setiap pengurbanan pasti akan mendatangkan imbalan yang setimpal. ”Al-Ujratu bi-qadrit-ta’ab: imbalan itu seimbang dengan kepayahannya.” Maka semakin maksimal usaha seseorang, maka semakin maksimal pula ganjarannya.
Semoga di bulan yang suci ini kita termasuk orang yang mencintai Allah dengan setulus hati. Dan termasuk orang yang mampu membuktikan rasa cinta itu di hadapan Sang Khalik Yang Maha Rahiem. Tidak sekedar di hadapan sesama manusia. Wallahu a’lam bis shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar