Oleh : K. H. A. Mahfudz Anwar
Ketika
seseorang ingin menuju ma’rifah ( mengetahui Allah dengan hati), maka ia
harus melalui fase-fase tertentu yang disebut Riyadlah Ruhaniyah (olah
jiwa). Sama halnya kalau seseorang ingin mempunyai fisik yang kuat dia harus
melalui fase olah raga (sering menggerakkan bagian-bagian badannya). Sering
melatih tangannya, agar memiliki tangan/lengan yang kuat misalnya. Melatih
perutnya agar perutnya suspec (kencang dan kuat). Dan latihan gerak tubuh yang
disebut olah raga.
Demikian
halnya Ibadah puasa merupakan bagian dari maqam di antara maqamat.
Setiap hamba yang muslim memiliki tingkatan-tingkatan tertentu sesuai dengan
kekuatan olah jiwanya . Misalnya maqam Sabar, bisa ditempuh dengan jalan
berpuasa. Sebagaimana penafsiran kata sabar dalam ayat “wasta’inu bis shabri
was shalah : dan hendaklah minta tolong kepada Allah dengan (jalan) sabar
(puasa) dan shalat.”
Jadi
pada dasarnya ibadah puasa bisa menjadikan seseorang yang puasa menjadi lebih
sabar. Dan kesabaran itu merupakan salah satu buah dari puasa. Yaitu tetap
tabah dalam keadaan sulit ataupun sakit. Situasi yang berat sekalipun tidak
menyebabkan seseorang meninggalkan ibadah kepada allah swt. Maka puasa yang
lapar dan haus itu tetap dijalankan sekalipun hal itu berat bagi setiap orang.
Dahaga tidak menggoyahkan iman orang yang berpuasa lalu ingin meneguk air.
Lapar juga tidak mempengaruhi keinginannya untuk menyantap makanan. Menahan
diri selama waktu siang berlangsung, hingga datangnya waktu maghrib.
Apalagi
dalam pandangan Kaum Sufi. Bahwa puasa melatih kesabaran. Sebagaimana ia
tetap merasa cukup sekalipun realitasnya tidak memiliki apa-apa. Ketiadaan
harta tidak menyebabkan keluh kesah. Apa lagi berbuat hal-hal negatif, seperti
mencuri, merampas dan sejenisnya. Jangankan melakukan yang haram, yang makruh
pun mereka jauhi. Sehingga standar kesabarannya benar-benar teruji. Demikianlah
kebiasaan para Sahabat Nabi dalam menghadapi hidupnya. Sekalipun banyak
rintangan, tetap dijalaninya dengan penuh sabar. Mereka merasa cukup apa yang
ada padanya. Menerima pemberian dari Allah swt. Mereka hanya berikhtiar
(usaha), tapi tidak menentukan hasilnya. Karena hasil usahanya diserahkan
kepada Allah swt.
Dan
Allah swt telah memberi Illustrasi kepada kita semua melalui firmanyya Q.S.
Al-Baqarah : 177. “dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar (imannya), dan mereka
itulah orang-orang yang bertakwa.” Jadi kondisi apapun beratnya tetap
merasa tenang dan cukup. Mengapa demikian ? Karena mereka yakin bahwa situasi
itu diciptakan oleh Allah swt untuk menguji keimanan seseorang. Maka dengan
keyakinannya itulah menyebabkan mereka tidak gentar dalam menghadapi segala
persoalan yang datang padanya.
Sedangkan
puasa yang memerintahkan adalah Allah swt. Maka bagi hamba yang beriman tidak
akan pernah mengeluh, walau secara fisik menurun dan melemah daripada ketika
tidak puasa. Bahkan kondisi puasa itu menjadikan nya semakin kuat dalam
menghadapi setiap tantangan yang datang kapanpun. Dan ternyata para Ulama Salaf
pun demikian. Justru di bulan puasa lah kebanyakan mereka menghasilkan
karya-karya besarnya yang monumental, hingga menjadi warisan Ilmu yang tidak
pernah lekang digerus zaman. Kini pertanyaannya adalah “mampukan kita mengisi
bulan puasa ini dengan kegiatan-kegiatan yang monumental dan bermanfa’at buat
umat manusia ?. Jawabnya terpulang kepada kita masingt-masing. Wallahu a’lam
bis shawab. ***
...
* KUNJUNGI SITUS KAMI DI *
BalasHapusWWW.ID303.INFO
MENANG BERAPAPUN, PASTI KAMI BAYAR !!! *
* Melayani LiveChat 7 x 24 Jam Nonstop :
- WA : 08125522303
- BBM : CSID303
Agen S128 Sabung Ayam PW
Agen Casino Sbobet
www.gorengayam.live