"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Rabu, 02 Desember 2015

PUASA DAN PERLINDUNGAN KAUM BURUH


Salah satu hikmah berpuasa adalah bisa merasakan  kepedihan lapar. Sebagaimana orang-orang miskin yang  sulit memenuhi kebutuhan hidupnya lantaran kekurangan harta. Secara ekonomi banyak orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak. Dan dalam Islam biasa disebut “ Fuqara’ wal masakin”. Yakni kelompor marginal yang kalah bersaing –secara ekonomi- dalam pranata kehidupan ini.
Momentum Ramadlan yang diperintahkan berpuasa bagi setiap orang Islam adalah sa’at yang tepat untuk memberi kesempatan kepada setiap individu merenungkan diri masing-masing. Bagi kaum pinggiran ditempa untuk semakin sabar dalam menjalani hidup yang serba kurang, dengan ikhtiar yang jujur dan menghindarkan diri dari cara-cara yang haram dalam memperoleh rizeki. Sedangkan bagi orang-orang yang berkecukupan ataupun berlebih kekayaannya ditempa untuk meningkatkan Empati-nya. Untuk menaikkan suhu kontempelasi sehingga dapat mencapai rasa lapar yang sesungguhnya. Jadi bukan sekedar memindahkan waktu makan saja, dari siang ke waktu malam. Tapi memang benar-benar mengurangi porsi makan sehari-hari.

Ketika orang sudah dapat merasakan lapar, maka ia akan mampu berpikir jernih. Bagi orang kaya –misalnya- akan dapat berpikir betapa beratnya ketika lapar dan harus bekerja. Sehingga dapat membayangkan bahwa orang-orang miskin sangat berat hidupnya sehari-hari harus menahan lapar dan bekerja berat. Setelah itu akan timbul rasa kasihan yang ditindak lanjuti dengan kemurahan hatinya memberi gaji yang sesuai dengan keuntungan perusahaan yang dijalankan selama ini.
Dengan niat Ibadah kepada Allah swt, maka menyadarkan seorang kaya –yang berpuasa- mau mengalirkan sebagian dananya kepada kaum dlu’afa’ (lemah). Karena seorang Abid (ahli Ibadah) tidak berani berbuat dzalim (tidak adil) kepada sesamanya, apalagi kepada orang-orang yang lemah. Dan kaum buruh adalah bagian daripada perputaran kekayaan yang dimiliki si kaya. Dan ketika perusahaan memperoleh keuntungan yang besar, maka seluruh buruh yang terlibat dalam peningkatan modal seharusnya memperoleh pertambahan keuntungan juga.
Menghapus ketidak adilan
Salah satu hikmah di balik Ibadah Puasa adalah menimbulkan rasa keadilan di antara sesama manusia. Dan adil dalam hal ini adalah terjaminnya masyarakat atas hak ekonomi yang wajar dan memperolehnya dengan cara yang halal. Sehingga tidak berani mengambil hak orang lain secara tidak benar. Bagi kaum lemah tidak berani mengambil yang bukan haknya. Dan bagi pengusaha tidak berani mengambil keuntungan yang besar dengan melupakan hak-hak buruhnya. Pengusaha memperoleh keuntungan secara wajar, dan buruh memperoleh gaji juga secara wajar. Konsep Share economy akan dapat mendorong timbulnya aliran dana dari si kaya kepada masyarakat yang lemah dengan baik.
Rasulullah saw. telah memperingatkan kita : “Wahai manusia, takutlah akan kedzaliman (ketidak adilan) sebab sesungguhnya dia akan menjadi kegelapan pada hari pembalasan nanti.” (H.R. Imam Ahmad). Dan orang-orang yang berpuasa dengan benar akan bisa memahami Hadits Rasulullah terebut sebagai peringatan keras. Bahwa ketidak adilan harus dicegah demi melindungi hak-hak individu dalam masyarakat dan menjamin kesejahteraan umum sebagai tujuan utama Islam.
Jika saja umat Islam dapat menerapkan konsep keadilan ini, maka diharapkan dapat menular kepada masyarakat lain, sekali gus alih-alih membangun negara ini sesuai dengan tujuan kemaslahatan bersama. Dan akhirnya mendorong Pemerintah untuk memfasilitasi instrumen terciptanya keadilan dan kesejahteraan bersama.
Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa puasa bukan saja bermanfa’at bagi umat Islam saja, tapi juga dapat berpengaruh pada masyarakat luas, baik muslim maupun non muslim. Dan ini sejalan dengan konsep dasar “Islam Rahmatan lil ‘alamien”. Islam membawa rahmat bagi alam semesta. Islam membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi semua manunisa baik individu maupun kelompok.  Dan ini akan terlaksana dengan baik, manakala semua umat Islam mampu mengisi bulan suci Ramadalan ini dengan kegiatan kontemplatif, yang menimbulkan manfa’at ganda. Manfa’at di dunia dan manfa’at di akhirat. Semoga. ***

K. H. Drs. A. Mahfudz Anwar, MA
(Pengasuh Pesantren Al-Hamidiyah, Depok)

1 komentar: