Salah
satu hikmah berpuasa adalah bisa merasakan
kepedihan lapar. Sebagaimana orang-orang miskin yang sulit memenuhi kebutuhan hidupnya lantaran
kekurangan harta. Secara ekonomi banyak orang yang tidak bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak. Dan dalam Islam biasa disebut “ Fuqara’ wal
masakin”. Yakni kelompor marginal yang kalah bersaing –secara ekonomi- dalam
pranata kehidupan ini.
Momentum
Ramadlan yang diperintahkan berpuasa bagi setiap orang Islam adalah sa’at yang
tepat untuk memberi kesempatan kepada setiap individu merenungkan diri
masing-masing. Bagi kaum pinggiran ditempa untuk semakin sabar dalam menjalani
hidup yang serba kurang, dengan ikhtiar yang jujur dan menghindarkan diri dari
cara-cara yang haram dalam memperoleh rizeki. Sedangkan bagi orang-orang yang
berkecukupan ataupun berlebih kekayaannya ditempa untuk meningkatkan Empati-nya.
Untuk menaikkan suhu kontempelasi sehingga dapat mencapai rasa lapar yang
sesungguhnya. Jadi bukan sekedar memindahkan waktu makan saja, dari siang ke
waktu malam. Tapi memang benar-benar mengurangi porsi makan sehari-hari.
Ketika
orang sudah dapat merasakan lapar, maka ia akan mampu berpikir jernih. Bagi
orang kaya –misalnya- akan dapat berpikir betapa beratnya ketika lapar dan
harus bekerja. Sehingga dapat membayangkan bahwa orang-orang miskin sangat
berat hidupnya sehari-hari harus menahan lapar dan bekerja berat. Setelah itu
akan timbul rasa kasihan yang ditindak lanjuti dengan kemurahan hatinya memberi
gaji yang sesuai dengan keuntungan perusahaan yang dijalankan selama ini.
Dengan
niat Ibadah kepada Allah swt, maka menyadarkan seorang kaya –yang berpuasa- mau
mengalirkan sebagian dananya kepada kaum dlu’afa’ (lemah). Karena seorang Abid
(ahli Ibadah) tidak berani berbuat dzalim (tidak adil) kepada sesamanya,
apalagi kepada orang-orang yang lemah. Dan kaum buruh adalah bagian daripada
perputaran kekayaan yang dimiliki si kaya. Dan ketika perusahaan memperoleh
keuntungan yang besar, maka seluruh buruh yang terlibat dalam peningkatan modal
seharusnya memperoleh pertambahan keuntungan juga.
Menghapus
ketidak adilan
Salah
satu hikmah di balik Ibadah Puasa adalah menimbulkan rasa keadilan di antara
sesama manusia. Dan adil dalam hal ini adalah terjaminnya masyarakat atas hak
ekonomi yang wajar dan memperolehnya dengan cara yang halal. Sehingga tidak
berani mengambil hak orang lain secara tidak benar. Bagi kaum lemah tidak
berani mengambil yang bukan haknya. Dan bagi pengusaha tidak berani mengambil
keuntungan yang besar dengan melupakan hak-hak buruhnya. Pengusaha memperoleh
keuntungan secara wajar, dan buruh memperoleh gaji juga secara wajar. Konsep Share
economy akan dapat mendorong timbulnya aliran dana dari si kaya kepada
masyarakat yang lemah dengan baik.
Rasulullah
saw. telah memperingatkan kita : “Wahai manusia, takutlah akan kedzaliman
(ketidak adilan) sebab sesungguhnya dia akan menjadi kegelapan pada hari
pembalasan nanti.” (H.R. Imam Ahmad). Dan orang-orang yang berpuasa dengan
benar akan bisa memahami Hadits Rasulullah terebut sebagai peringatan keras.
Bahwa ketidak adilan harus dicegah demi melindungi hak-hak individu dalam
masyarakat dan menjamin kesejahteraan umum sebagai tujuan utama Islam.
Jika
saja umat Islam dapat menerapkan konsep keadilan ini, maka diharapkan dapat
menular kepada masyarakat lain, sekali gus alih-alih membangun negara ini
sesuai dengan tujuan kemaslahatan bersama. Dan akhirnya mendorong Pemerintah
untuk memfasilitasi instrumen terciptanya keadilan dan kesejahteraan bersama.
Dari
uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa puasa bukan saja bermanfa’at bagi
umat Islam saja, tapi juga dapat berpengaruh pada masyarakat luas, baik muslim
maupun non muslim. Dan ini sejalan dengan konsep dasar “Islam Rahmatan lil
‘alamien”. Islam membawa rahmat bagi alam semesta. Islam membawa kebaikan dan
kesejahteraan bagi semua manunisa baik individu maupun kelompok. Dan ini akan terlaksana dengan baik, manakala
semua umat Islam mampu mengisi bulan suci Ramadalan ini dengan kegiatan kontemplatif,
yang menimbulkan manfa’at ganda. Manfa’at di dunia dan manfa’at di akhirat.
Semoga. ***
K.
H. Drs. A. Mahfudz Anwar, MA
(Pengasuh
Pesantren Al-Hamidiyah, Depok)
perlindungan untuk kaum buruh
BalasHapussabung ayam live