Puasa
itu memang lapar dan haus. Karena menahan diri dari makan dan minum. Dan dampak
dari itu maka orang yang berpuasa terasa lemas dan kurang bertenaga. Sehingga
banyak orang Islam yang enggan berpuasa dengan alasan bekerja yang memang
membutuhkan tenaga. Tapi di samping itu juga banyak orang yang mampu berpuasa
walaupun mereka bekerja keras, baik kerja fisik maupun non fisik.
Pertanyaannya
“mengapa ada orang yang kuat berpuasa dan ada yang tidak mampu berpuasa ?”
Jawabnya terletak pada batin masing-masing orang. Orang yang tidak kuat
berpuasa dengan alasan bekerja sebenarnya sah-sah saja. Tapi bukankah dari dulu
orang sudah bekerja dan bisa berpuasa.? Tentu saja hal ini sangat tergantung
pada sejauh mana kesetiaan seorang muslim kepada Tuhan dan Rasul-Nya.
Syari’at
puasa bukan untuk memperberat beban mukallaf (Orang Islam, dewasa dan
berakal sehat), tapi syari’at puasa sebenarnya merupakan proses penguatan
psikis seseorang yang berpuasa. Karena dengan berpuasa itu seseorang dapat
berlatih mengendalikan diri (nafs). Logikanya kalau makan dan minum yang halal
saja dia mampu menahan diri, apalagi makan dan minum yang haram. Pasti dia akan
lebih mampu menahan diri. Sebagaimana Allah swt. menjelaskan dalam Al-Qur’an :”Yuridullahu
bikumul yusra walaa yuriidu bikumul ‘usra : Allah swt. (dengan berpuasa) menghendaki
kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan.”
Maka
Rasulullah swt juga mengajarkan agar dalam berpuasa itu tidak meninggalkan
sahur. Arti sahur adalah makan menjelang subuh/pagi. Mengapa orang
berpuasa disuruh makan menjelang pagi ? Hal ini untuk meringankan beban ketika
di siang hari. Karena sudah ada persiapan tenaga. Jika seseorang bekerja fisik,
maka sahurnya banyak karbohidratnya, sedangkan orang yang bekerja non fisik,
banyak makan proteinnya. Dengan demikian di siang hari walau berpuasa tetap
kuat dan segar.
Dalam
Hadits Sohih Bukhari-Muslim, Rasulullah saw. bersabda : “Tasahharuu fainna fis sahuuri barakatan, bersahurlah
kamu sekalian, karena sesungguhnya di dalam (makan) sahur itu terdapat
barakah.” Hadits ini jelas
mengajarkan kepada kita agar makan sahur menjelang waktu fajar. Di mana waktu
tersebut adalah waktu yang sangat mulia untuk ibadah. Dengan makan sahur,
seseorang bisa bangun di akhir malam dan bisa melanjutkan kegiatan sahurnya
dengan solat-solat sunnat, zikir, istighfar atau membaca Al-Qur’an. Seandainya
tidak sahur, maka dimungkinkan tidak bisa beribadah di akhir malam tersebut.
Sungguh
indah ajaran Islam. Berpuasa, tapi disuruh makan sahur. Maka walaupun siangnya
tidak makan dan tidak minum, tapi shaim (orang yang berpuasa) tetap bisa
bekerja dan produktif. Jadi sangat naïf, jika orang Islam tidak berpuasa di
bulan Ramadlan ini dengan alasan takut tidak kuat bekerja. Dan sebaliknya,
sungguh mulia orang Islam yang berpuasa walau kerjaan numpuk segudang. Perut
boleh lapar, tenggorokan boleh haus, tapi jiwa tetap semangat. Insya Allah
pahala akhirat didapat dan keuntungan dunia juga diperoleh. Dan itulah harapan
kita semua, untung di dunia dan sukses di akhirat. Semoga kita termasuk
orang-orang yang senang dengan ibadah puasa yang dijanjikan surga oleh Allah swt. Amien.