"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Jumat, 24 Mei 2013

Menanamkan Islamic Value di Sekolah

     Tidak dipungkiri lagi bahwa fakta di masyarakat telah terjadi pergeseran nilai-nilai ke-Islaman yang sudah sangat menghawatirkan atas masa depan suatu bangsa. Bahkan nilai-nilai kemanusiaan secara Universal pun mulai tergerus oleh suatu budaya Gelobal yang tak mengenal batas. Sehingga batas antara norma-norma positif dengan norma-norma negatif tidak tampak jelas. Akhirnya masyarakat sulit membedakan antara kebenaran hakiki dengan kebenaran semu. Maka terjadilah kerancuan pandangan dan orientasi hidup atau disorientasi. Berangkat dari fakta itulah maka tokoh-tokoh muslim yang peduli akan dunia pendidikan mengambil peran penting untuk menyelamatkan umat dari tragedi kemanusiaan yang terlepas dari dasar-dasar keimanan dan keislaman. 
   Gagasan tersebut adalah mimpi besar yang tentunya memerlukan tenaga-tenaga yang terampil dan mampu mengimplementasikan dalam pengembangan silabus yang terprogram dan pola-pola hidup keseharian selama di sekolah, mulai dari jam 07.00 sampai dengan jam 15.00 WIB. Karena pembentukan karakter anak didik akan dihabiskan waktunya selama ia berada di lingkungan sekolah, sehingga kehidupan rumah hanyalah sebagai pendukung atas program-progarm sekolah. Jadi keberhasilan dan ketercapaian kognitif dan afektif sangat ditentukan oleh pihak/lingkungan sekolah. Sehingga kalau itu berhasil, maka sekolah-lah yang layak mendapatkan acungan jempol.

 
     Hujjatul Islam al-Imam al-Ghozali memaparkan bahwa Ilmu itu asalnya bersumber hanya kepada Al-Qur’an saja. Ilmu yang diperkenalkan ialah pengetahuan untuk mengenal Tuhan (Allah), alam atau makhluk dan tentang manusia itu sendiri. Kemudian Allah menugasi Rasulullah Muhammad saw. untuk menyampaikan (al-balaghul mubin) dan memberikan interpretasi terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Kemudian berkembang sampai pada penulisan Hadits-hadits. Dan dari dua sumber utama itulah kemudian lahir al-Ulum al-Dien, al ‘Ulum al Adabiyah. Peserta didik Rasulullah saw (para sahabat Nabi saw) telah mampu memahami dan menghayati nilai-nilai ke-Islaman dengan baik. Sehingga mampu mengamalkan / mengimplementasikannya dengan baik pula. Dan itu terus diikuti oleh para Ulama’ (tabi’inn) , salafus shaleh generasi selanjutnya, bahkan dikembangkan. Mereka berusaha dengan gigih untuk menangkap makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur’an ( ayat Qur’aniyah ) maupun yang tersirat di balik alam / makhluk (ayat Kauniyah). Selanjutnya Imam al-Ghozali mengatakan bahwa “Umat Islam mampu membaca aksara-aksara Ilahiyah yang ada pada lembaran-lembaran Alam. Sehingga Ilmu-ilmu ke-Islaman (al-Ulum as-Syar’iyah) berkembang sejajar dan seiring dengan Ilmu-ilmu yang diadaptasi dari warisan cultural umat manusia.” 
      Namun pada perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu ghair as –Syar’iyah kurang mendapat perhatian dari umat Islam. Tinggal sebagian saja, semisal Ilmu Falak (Astronomi), Ilmu Mantiq (logika), Ilmu Hisab (Matematika). Maka melalui pendekatan sisa-sisa kejayaan Ilmu-ilmu Islam tersebut, kini umat Islam bangkit untuk menerima bahkan ikut mengembangkan IPTEK / teknologi untuk mengembalikan kejayaan umat Islam di muka bumi ini. Dan dalam wacana ke-Islaman kini telah dikembangkan lagi jenis-jenis pekerjaan (mata pencaharian) yang halal yang dipersiapkan untuk masyarakat muslim. Yaitu sekurang-kurangnya ada empat macam : 
 1. Zira’ah (pertanian), dan Indonesia menyediakan lapangan kerja yang sangat luas atas prestasi Agraris. 
2. Tijarah (perdagangan/bisnis). Dalam hal ini terkait dengan kebutuhan yang sangat mendesak atas sarjana-sarjana / ahli ekonomi Islam, perbankan syari’ah, moneter , jiwa enterpreneur dan sejenisnya. 
3. Shina’ah (pertukangan), yang kini menuntut ahli-ahli teknik untuk mengemban kan pembangunan sarana – prasarana perumahan, transportasi dll. dan 
 4. Siyasah (pemerintahan), yang kini bangsa kita sangat membutuhkan Pemimpin-pemimpin yang handal yang muslim kaffah untuk mengentaskan kebobrokan mental manusia modern. 
     Dari tela’ah keilmuan tersebut, maka kini Islamic Value menjadi kebutuhan mutlak bagi peserta didik untuk dipersiapkan menjadi manusia yang paripurna sesuai dengan kaedah-kaedah Islam. Tentu melalui wacana keilmuan, tradisi keislaman, dan perilaku (akhlakul kariemah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar