"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Sabtu, 26 Maret 2011

Tongkat Komando

Sudah hampir sebulan anak-anak santri yang tergabung dalam Pramuka  disuruh latihan. Lapangan basket, lapangan futsal dan lapangan bulu tangkis semua terpakai untuk latihan Pramuka. Bahkan di kebun-kebun-pun ada yang latihan juga. Dan hampir setiap latihan dipantau oleh Pak Kiai secara langsung. Di samping mengawasi, mengontrol juga ingin melihat langsung keseriusan anak-anak Pramuka dalam latihan.

Sesekali Pak Kiai menghampiri para peserta latihan sambil mengucapkan :”Latihan yang bagus ya.” Dan anak-anak pun semakin serius berlatih. Terlebih jika dipuk-puk pundaknya oleh Pak Kiai ketika memberi semangat pada mereka.


Suatu sa’at di sore hari, Pak Kiai berdiri di pinggir lapangan sambil mengawasi anak-anak yang sedang berlatih. Mereka tambah bersemangat. Ada yang suaranya dikeras-keraskan. “Satu, dua, tiga, dst…”maksudnya ya carper (cari perhatian) agar Pak Kiai melihatnya. Ada pula yang sengaja membawa barisannya melintas ke depan Pak Kiai. “Tu’-wa’. Tu’ wa’, Tu’ wa’” mereka keraskan suara aba-abanya. Pokoknya semakin gaduh saja, kalau ada Pak Kiai.

Dan hari ini adalah hari Jum’at sore, di mana merupakan detik-detik penentuan siapa yang diserahi Tongkat Komando oleh Pak Kiai. Yakni tongkat komando sebagai pemimpin kontingen yang terpilih untuk mewakili Pesantren dalam arena jamboree nasional. Maka tidak aneh kalau mereka saling menonjolkan diri. Bahkan tidak sedikit komandan regu yang benar-benar keterlaluan menonjolkan dirinya. Sambil berbaris, dia nyeletuk, “Pilih kami Pak Kiai..!” katanya dengan percaya diri.

Tapi ada juga komandan regu yang tenang dan tidak banyak bicara, tapi serius berlatih. Hampir semua permainan dalam kepramukaan, mulai dari simapur, penampilan penyusunan tenda-kemah, pembentukan konfigurasi barisan dll. dilakukan dengan baik. Dan Pak Kiai sudah memperhatikan semuanya.

Maka ketika Hari Sabtu Pagi, Sa’at Penentuan Calon penerima tongkat komando. Mereka semua disuruh berbaris berbanjar. Setiap regu menghadap Pak Kiai lengkap dengan atributnya masing-masing baik yang resmi maupun yang tambahan hasil kreasi mereka sendiri.

Anak-anak,” kata Pak Kiai mengawali pidato pengarahannya. “Kalian akan mewakili Pesantren kita untuk berlaga di arena Jambore nasional.’ Lanjutnya. Maka dari itu hanya kalian yang sudah siaplah yang akan saya pilih.” Kata Pak Kiai bersemangat. “Bagaimana, Kalian siap?” Tanya Pak Kiai. “Siaap..” teriak mereka kompak.

Di sa’at itulah para komandan regu cari perhatian. Ada yang berdiri sambil mendongak. Ada yang sesekali berdiri sambil siap dan berganti posisi istirahat. Dan ada beberapa yang kelihatan salah tingkah. Bahkan ada yang terkesan melotot, karena terlalu tegang. Tapi ada satu komandan regu yang dari awal tampil dengan tenang. Tidak tampak grogi dan salah tingkah. Setengah menunduk, karena malu untuk menatap Pak Kiai. Dan sekalipun regunya telah menguasai semua permainan, tapi menghargai orang lain. “Mungkin orang lain lebih bagus dari pada saya”, begitu dalam hatinya.

Tiba-tiba Pak Kiai berjalan tegap menghampiri Fauzi yang merupakan komandan regu 9 yang dari tadi menunduk, lantaran takut terpilih. Sesampainya Pak Kiai berjalan di depan regu sembilan, langsung berhenti dan mengatakan. “Kamu, Fauzi silakan ke depan”. Dan Fauzi pun segera mengikuti perintah Pak Kiai melangkah ke depan. Begitu sampai di tengah lapangan, ternyata Pak Kiai mengumumkan bahwa yang terpilih adalah regu 9 pimpinan Fauzi.

Tepuk tangan pun riuh memberi aplaus kepada Fauzi. Karena mereka tidak mengira sebelumnya, kalau pada akhirnya Fauzi yang terpilih. Karena anaknya diam, tidak banyak omong, dan rendah hati. Sehingga semua tidak memperhatikan  bagaimana dia memimpin regu selama berlatih. Berbeda dengan teman-teman lainnya yang saling mengomentari sa’at-sa’at mereka latihan.

Ternyata Pak Kiai memilih Fauzi , karena Fauzi memiliki sifat rendah hati. “Walaupun dia seorang komandan regu, tapi dia tetap menghormati anggotanya.” Kata Pak Kiai menjelaskan alasannya. “Di samping keseriusan berlatih sehingga dalam waktu yang telah ditetapkan, target latihan telah dikuasai semuanya.” Kata Pak Kiai lebih lanjut.

Akhirnya dengan sikap tegap Pak Kiai menyerahkan Tongkat Komando kepada Fauzi untuk memimpin regunya yang akan menjadi delegasi resmi dalam Jambore nasional di Jakarta. Dan sebagai Mabigus (Majelis Pembina Gugus Depan) Pak Kiai sangat yakin bahwa kontingen yang dipimpin oleh Fauzi akan berhasil membawa nama baik Pesantrennya.


***


Catatan :  - Kerendahan hati melenyapkan kesombongan dan arogansi.
                  - Kerendahan hati mengizinkan orang lain untuk mengaktualisasikan diri. Sehingga dalam group akan timbul semua potensi yang juga ikut membesarkan kekuatan kelompoknya.
-  Orang yang rendah hati akan menumbuhkan kemuliaan dalam dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar