"Welcome to LENTERA ISLAM" Semoga bermanfaat Happy Reading

Senin, 03 Agustus 2009

Panggil Aku si Jawa

“kamu harus ulet, kalau tidak ulet kamu bukan jawa”, begitu nasihat si Embah yang sering dismpaikan kalau lagi malas beljar. “kamu harus rajin, kalau tidak belajar kalau tidak belajar kamu bukan jawa”. Kalau lagi jika memarahi anak dan cucunya. Hinga aku ingat betul kalau simbah ngomong sambil teembakau nyelip di giginya.

Postur simbah yang agak gemuk membuatnya awet muda. Walau mbah kangkung (kakek)sudah lama meningal,tapi si mbah putri tetap sabar merawat anak-anaknya hinga dewasa. Bahkan lima anak datujuh anaknya sudah menjadi orang-orang yang mandiri dan terpandang. Raut wajahnya yang selalu bersinarseri menjirat wajah keibuan yang penuh tanggun jawab. Sebentar-sebentar bergerak,berdiri dan berjalan. Dan tidak jarang turut menyapu dan beres-beres perabotan rumah yang kurang pada tempatnya. Padahal usianya sudah delapan puluhan atau lebih.

”orang jawa itu pantang menyerah,”kata siembah seatu saat,”mbah kangkung tudak mengenal leah,” lanjutnya. ”Pagi hinga siang sibuk mengurus sawah, tetpi tapi malam harinya ikut bergerliya bersama tentara rakyak melawan penjajah.
Menurut simbah, bahwa embah kangkung itu potret manusia jawa asli. Selain ciri-cirinya yang kekar, agak ketihitaman kulitnya. Tidak trlalu tampan,tetapi juga tidak jelek. Juga ciri-ciri yang wataknya yang sabar dan bersahaja. Sabar menjalani roda kehidupan. Hinga suatu saat terjadi paceklik, kalau istilah sekarang krismon,mahal beras,mahal pakaian dan semuanya serba mahal. Si embah kakung bilang: ”hidup itu harus seoerti air.”Fisolofi air itu yang prtama selalu mengalir ketempet rendah merendah (murah hati). Kedua,air itu patang menyerah. Ringtan apapun harus dilawan. Batu sebesar apapun bisa diterjang oleh air. Ktiga,air itu mencari temanya.mengunpal sesama air. Bersatu meng hadapi segala hambatan,kalau toh batu itu tidak hangat ,ya harus lewt celah-celahnya.yang penting air bisa berjalan bersama-sama.

Maka tidak aneh kalau simbah putri yang single parent itu tetap bisa berhasil menghartakan anak-anknya hing sukses. Padahal kalau dihitung-hitung dari segi harta tidak mungkin membiyayai anak-anaknya sampai ke peguruan tingi.apa lagi sampai S2atau S3. tapi mungkin berkat fisolofi jawayang dipengangi si mbah, mereka patuh pada orang tua,rajin belajar,rajin bekerja rajin dan ta’at beragama. Tidak diantara anak-anknya yang bandel.
# # #
Ketika aku di sekolah aku sering mendapat oelakuan yang kurang baik. Teman-temanku lebih sering memangil aku ”SI JAWA” dari pada nama asliku Ramadan, aku diberi nama Ramdan oleh orang tuaku, karena aku lahir tepat lahir dibulan Ramadhan. Memang begitulah kebiasan orang-orang jawa zaman dulu memberi nama anak-anaknya mengikuti situasi. Misalnya kalau bulan juli,ya diberi nama juli. Jika lahir dalam keadaan susah,diberi nama prihatin. Dan begitulah keadan yang terjadi. Tidak seoerti sekarang, kebanyakan ank-naknya diberi nama mirp artis idola orang tuanya.

Walaupun teman-temanku tahu namaku Ramadan, tapi lebih banyak memangil ku sijawa,dari pada ramadan. Suatu hari aku bertanding voly ball,teman-temanku menyorki aku :”jawa,jawa,jawa”. Bahkan pak stpam ikut memangil ku ”si Jawa”.”harusnya sorakn itu membuatku semakin semangat bertanding tapi pada sa’at itu. Sorakan mereka justru membuatku jatuh lemas dan tak bersemangat. Hampir saja aku keluar dari pertandingan. Ngmuk dan menojoki stu persatu temanku. Sebaba mereka itu mengolok–olok aku . bahkan menyajungku. Pada awal nya aku dongkol dan kesl jika dipangil si jawa.sakit sekali hatiku,jika mereka menmangilku sijawa. Namun lama-lama aku bisa menerimanya,wlau agk terpaksa.
Kenapa aku bisa menerima pangilan trsebut? padahal semula aku benci, sebab ketika aku teringat nasehat simbah putri yang mengatakan ”orang jawa itu ulet ”. Orang jawa itu rajin, dan sebagian lainya ”. Maka aku berbalik seratus delapan puluh derejat. Tadinya marah jika dengan kata jawa ,kini bangga dan senag. Panggilan itu justru mampu membakar semangatku. Semangt belajar dan semangat berkerja .
”Akan aku berikan bahwa kepada meraka Si Jawa itu tidak hjelek,”bisik hatiku suatu sa’at.”aku harus menujukan pada dunia, bahwa aku bisa.”begitulah terus menerus pikiran ku terpenuhi oleh byangan wajah simbah yang penuh dedikasi ternadap keluarga dan juga terhadap bangsanya. Si mbah memang benar, bahwa keberhasilan tidak bisa dengan santai-santai. Tuhan juga tidak akan merubah nasib sekarang, jika orang itu tidak mau merobahnya.
# # #
Pada akhirnya,seuatu hari aku dinyatakan sebagai juara satu olimpiade fisika tingkat nasional. Semua guru-guru menyalamiku,demikian juga teman-temanku. Semua menyalami dan mengucapkan selamat. Semua bersorak sorai memberikan aplus kepadaku. Mereka banga dan girang kalau ada temanya yang sukses sampai tingkat nasional. Apa lagi kesuksesan itu membawa nama baik sekolah dan teman-temanku.
Wah hasil kejuaraan yang digelar berbulan-bulan mulai tingkat kota sampai porvinsi dan nasional, selalu diliput oleh berbagi media masa cetak mupun elektronik.tentunya mendrokat nama baik sekolah,yang akhir-akhir ini sudah banyak anak-anak sekolah yang tawuran, kasus narkoba,geng-gengan dan berbagai kenakalan remaja lainya.
Tapi sebaliknya,disat-saat mereka bergembira-ria jusru semakin sedih, tak ter bendung air mataku lagi. Karena aku teringat simbah. ”Seandainya saja si mbah meliohat cucunya berhadil tentu dia senag dan bahagia.” begitu hatiku berbisik.

Sewaktu menjelang keberangkatan ke tanah suci mekah, untuk dihajikan oleh oleh anak-ankanya simbah sempat berpesan kepadaku lagi ,”kamu bukan jawa,kalau tidak pintar.” mungkin maksud simbah mungkin menghibur aku. Wajah tidak ganteng, harta tidak banyak. Lalu tidak apa dapat dibagakan. Hanya dengan ilmu dan kerja keras yang bisa mentupi kekuanganku.
Barang kali air mataku dan do’a dibalik kesukseskan ku dalam kejuaraan olimpiade fisika itulah yang bisa kupersembahkan buat simbah.” semoga nasihatmu menjadi jariah disisi tuhan yang meyngimu”.do’aku pelan ditengah keramaian teman-temanku yang lagi asik menyanjungku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar